Desain Kolase Ala @yth.rafif

Memiliki followers lebih dari dua ribu di instagram, membuat Rafif Taufani menjadi populer sebagai salah satu seniman kolase Surabaya yang karyanya banyak dinikmati oleh warga net. Sampai saat ini masih belum banyak masyarakat awam yang mengenal aliran kolase dengan baik. Melalui akun instagramnya, @yth.rafif, mahasiswa S1 Ilmu Komunikasi Unair 2016 ini sudah menghasilkan ratusan karya kolase yang ia muat di instagram pribadinya.

Lelaki yang akrab disapa Rafif ini mengenal kolase awalnya dari instagram, sehingga ia tertarik untuk menjadi salah satu seniman yang berkarya melalui aliran seni kolase. Feeds instagram yang dibuatnya fokus pada satu karya, yaitu kolase. Baru – baru ini, ia diundang oleh jurusan DKV ITS untuk menjadi salah satu pemateri dalam workshop yang diadakan dalam serangkaian acara 1001 IDE.

“Kolase itu aliran senin yang nggabungin potongan gambar. Jadi kita nggak benar – benar bikin gambar sendiri. Sejarahnya dimulai dari berkembangnya aliran dadaisme yang merupakan pergerakan politik, aliran senin di Zurich pada tahun 1916 yang mengadopsi kolase untuk menggambarkan trauma mereka waktu perang dunia pertama. Mereka menolak aliran yang indah yang  mencontoh dari dunia nyata. Mereka  mencoba explore bikin karya dari barang temuan juga. Kemudian sempat pecah, mereka berkembang ke arah surealisme yang  pure seni dan nggak berpatokan dari dunia nyata, mereka melihat ke dalam, misal mimpi – mimpi mereka.  Akhirnya kita masuk ke pop art, yang ditandai benda – benda konsumerisme, dan pop art ini pasti semuanya lebih banyak yang tahu karena lebih dekat sama kita.” Ungkap Rafif, yang juga membagikan ilmunya mengenai sejarah dan perkembangan seni kolase pada workshop – workshop yang diikutinya.

Rafif tergabung dalam komunitas di collage.id yang menghubungkan desainer – desainer kolase untuk saling berbagi karya. Ia mengaku tidak sungkan untuk menerima kritik dari para followers yang setia mengikuti karya – karya terbarunya. Namun, ia tidak membatasi karyanya dari kritik yang ia terima berdasarkan selera masyarakat. “Aku sih gak mungkin menjadikan selera followers itu patokan. Tapi kalau yang mengkritik orang yang ngerti, biasanya mereka ngasih tau soal inspirasi dan prosesnya. Yang kaya gitu aku lebih apresiasi karena aku nggak menutup diri juga dari kritik.”

Melalui desain kolase, ia berharap orang – orang yang memiliki ketertarikan yang sama juga terus berlatih dan gak sungkan untuk sharing dan kolaborasi karena karya kolase lebih mudah dan lebih banyak insight kalau dibuat bareng. (lin)

Share