Lucky Christian: Gagal Duta Unair, Jadi Duta Ke Negara Tetangga

Menjadi produktif di bangku kuliah tentunya menjadi mimpi banyak orang. Selagi muda dengan semangat yang membara, banyak mimpi – mimpi yang ingin diwujudkan. Namun, terkadang kenyataan tak selalu sejalan. Lantas, bagaimana caranya agar bisa terus memompa semangat, tak kenal menyerah, hingga mendapat hasil yang pantas?

Lucky Christian, lelaki kelahiran tahun 1997 ini baru menempuh semester 3 kuliah di Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Airlangga. Namun, curiculum vitaenya sudah penuh dengan sederet prestasi. “Sejak awal, aku sudah bilang sama diriku sendiri kalau aku nggak boleh nganggur selama kuliah,” ungkap lelaki yang akrab disapa Lucky ini. Keinginannya untuk produktif dalam mengembangkan diri melalui berbagai kompetisi sudah dibangunnya sejak di bangku SMP dan SMA. Dari mulai menjadi Ketua OSIS SMP hingga sekarang mengikuti berbagai perlombaan internasional di Malaysia dan Singapura.

“Aku nggak pernah membatasi diri dalam bidang lomba. Sejak SMA, meskipun aku anak IPS, tapi ikut lomba anak IPA juga. Di kuliah sekarang juga aku nggak membatasi diri dalam bidang lomba.” Memulai perlombaan pertamanya di dalam lingkup internal UKM Penalaran, Lucky memberanikan diri mendaftar sebagai Duta Unair di semester pertama kuliah. Kerja kerasnya menonjolkan diri sebagai mahasiswa baru tidak sia – sia, ia berhasil masuk ke Top Five. Dari sinilah ia mendapat kesempatan untuk mewakili Universitas Airlangga dalam event internasional.

Perlombaan Internasional pertama yang diikutinya adalah menjadi official delegate of Unair for 17th AUN & 6th ASEAN+3 (China, Japan, and Korea) Educational Forum and Young Speakers’ Contest 2017 di National University Singapore pada 22 – 26 Mei silam. Perlombaan pertamanya membawanya ke posisi Top 9. Ia mengaku tidak menargetkan menang, namun targetnya adalah untuk menambah relasi dan pengalaman. Dari relasi yang ia kumpulkan, banyak tawaran untuk mengikuti lomba selanjutnya dan banyak pengalaman yang ia dapatkan dari teman – teman internasionalnya yang berbeda kebudayaan.

“Dulu aku sering kesal kalau kalah, sekarang sih karena udah terbangun pola pikirnya dari berbagai organisasi yang aku ikuti, aku lebih ingin menikmati prosesnya daripada memikirkan hasilnya. Jadi buat aku, saingan di perlombaan itu bukan lawan.” Lucky yang sekarang juga mengisi waktu luangnya dengan bekerja sebagai MC ingin terus memacu dirinya dengan merasa tidak puas dengan pencapaiannya. Ia ingin lebih banyak mendapat pengetahuan dan pengalaman melalui perlombaan yang setiap tahunnya ia targetkan mendapat minimal satu prestasi untuk ditambahkan ke dalam CV.

Namun, Lucky juga mahasiswa biasa yang pernah mengalami masa – masa krisis saat berbagai aktivitasnya menumpuk mendekati UTS, namun deadline lomba sudah dekat. Ia memiliki kebiasaan untuk mengatur skala prioritas dan tidak menunda pekerjaannya. “Aku berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan waktu selama di kelas. Walaupun di luar kelas sibuk dengan kegiatan, harus pintar ngatur waktu. Meskipun harus ngorbankan waktu kumpul sama keluarga dan teman, tapi ya itu proses dan harus dijalani.”

Lucky memiliki teman – teman yang santai, namun memberikan dukungan pada aktivitasnya di luar kampus karena ia juga bisa membagi waku untuk berkumpul bersama. Ia ingin lebih banyak lagi teman yang produktif agar tidak menyia – nyiakan kesempatan yang ada di depan mata. “Pesanku buat yang lain, manfaatin waktu kalian sebaik mungkin, selama kuliah, jangan kuliah pulang. Selama ada kesempatan, diambil aja. Ketika memutuskan untuk aktif, harus konsekuen, nggak boleh ninggalin urusan akademik, dan siapin mental. Meskipun harus belajar lagi, jangan pernah takut gagal, karena dari kegagalan kita jadi belajar lagi untuk sukses.” (lin).

Share